Jumat, 15 Februari 2013

Pekanbaru


Pekanbaru, Kota Bertuah

Di samping sebagai ibukota Provinsi Riau, Pekanbaru merupakan kota modern terbesar di Riau. Cikal bakal kota Pekanbaru berawal dari sebuah perkampungan kecil bernama Payung Sekaki terletak di pinggiran Sungai Siak. Perkampungan tersebut didirikan oleh suku Senapelan sehingga kampung Payung Sekaki lebih dikenal dengan nama Kampung Senapelan. Pada masa itu berlaku suatu sistem yang disebut Kebatinan, dalam sistem ini kekuasaan berada di tangan seorang tokoh yang disebut Batin.

Ketika kerajaan Siak berkuasa Sultan ke empat, yaitu Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, dia menjadikan Senapelan sebagai pusat kerajaan Siak. Di bawah pemerintahannya, kegiatan perdagangan berkembang pesat sehingga timbullah pemikiran untuk mendirikan sebuah pekan.

Sesudah mangkatnya Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah, rencana pendirian pekan tersebut diteruskan oleh putranya, Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (1784). Semenjak itu 23 Juni 1784, nama Senapelan mulai tak digunakan lagi  dan berganti nama baru, yaitu Pekanbaru.

Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak, menjadi dua bagian dan bermuara sampai keperairan selat Melaka, menghubungkan pula Pekanbaru dengan kota-kota lain di sepanjang daerah alirannya. Permukaan sungai Siak yang berwarna kemerahan dengan arus yang kelihatan seolah tenang di tengah lalu lalang angkutan sungai merupakan pemandangan khas bila berada di aliran sungai yang melintasi kota Pekanbaru ini.

Letak Pekanbaru secara Geografis sangat strategis yang terletak di tengah-tengah pulau Sumatera yang dapat dilalui dengan perhubungan darat keseluruhan kawasan. Ditinjau dari letak geografis. Pekanbaru terletak pada bagian 101 ‘27’ Bujur Timur dan 0 ‘31’ Lintang Utara. 

Pada 2007 penduduk Pekanbaru berjumlah 779.899 jiwa, dengan batas wilayah sebelah Utara dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar; sebelah Timur dengan Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan; sebelah selatan dengan Kabupaten Kampar; dan, sebelah Barat dengan Kabupaten Kampar. Pekanbaru memiliki luas wilayah keseluruhan 632,26 Km2 yang merupakan kawasan  terbangun baru mencapai 12%, sehingga luas lahan yang belum terbangun adalah sebesar 88%, yang meliputi dua belas Kecamatan, yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Sukajadi, Limapuluh, Sail, Rumbai, Bukit Raya, Tampan, Payung Sekaki, Marpoyan Damai, Rumbai Pesisir dan Tenayan. Hal ini merupakan peluang dalam menanamkan investasi di bidang kepariwisataan. Pekanbaru beriklim tropis dengan curah hujan antara 700-200 mm/th. Temperetur udara maximum 32,4 C-24,4 C. Musim hujan jatuh pada bulan September hingga Februari dan musim kemarau jatuh pada bulan Maret hingga Agustus.

Alam Mayang
Alam Mayang adalah sebuah kolam pemancingan ikan yang berlokasi di Jalan H. Imam Munandar, Pekanbaru. Tersedia tiga buah kolam dengan luas keseluruhannya 18.560 meter persegi dan berbagai jenis ikan seperti ikan gurami, lemak, nila dan sepat Siam. Juga terdapat fasilitas outbound. Kolam pemancingan ini merupakan tempat rekreasi keluarga yang buka setiap hari.

Balai Adat Riau
Bangunan ini ditujukan sebagai pusat aktivitas adat Melayu Riau. Balai Adat Riau terletak di Jalan Diponegoro, Pekanbaru. Bangunannya dirancang dengan variasi warna dan ukiran motif khas Melayu. Arsitekturnya yang khas melambangkan kebesaran budaya Melayu Riau. Bangunan terdiri dari dua lantai. Di lantai atas terpampang dengan jelas beberapa ungkapan adat dan pasal-pasal Gurindam Dua Belas karya Raja Ali Haji. Di kiri dan kanan pintu masuk ruangan utama terdapat pasal 1-4, sedangkan pasal 5-12 terdapat di bagian dinding sebelah dalam ruangan utama. Di tempat inilah para tokoh adat dan pemuka masyarakat melakukan aktivitas untuk mengembangkan dan memajukan kebudayaan Melayu Riau.

Bandar Serai
Bandar Serai adalah singkatan dari Bandar Seni Raja Ali Haji. Berupa sebuah kompleks bangunan yang awalnya dibangun untuk penyelenggaraan MTQ Nasional ke XVII, tahun 1994.  Di dalamnya terdapat miniatur bangunan-bangunan khas yang mewakili tiap kabupaten di Provinsi Riau. Saat ini kompleks tersebut difungsikan sebagai tempat berbagai aktivitas kebudayaan, serta tempat refreshing dan berolahraga. Kompleks ini terletak di Jalan Jendral Sudirman Pekanbaru. Dalam kompleks ini terdapat sebuah gedung kesenian, Anjung Seni Idrus Tintin, yang memiliki beberapa ruang untuk pertunjukan. Tidak jauh dari gedung kesenian tersebut terdapat kampus Akademi Kesenian Melayu Riau. Di kompleks ini juga menjadi kantor bagi Dewan Kesenian Riau dan Yayasan Bandar Serai.

Berbagai pagelaran seni dan budaya Melayu Riau, maupun pertunjukan seni kontemporer menjadi agenda kegiatan kompleks ini, baik yang diadakan oleh Dewan Kesenian Riau, Yayasan Bandar Serai, maupun pemerintah daerah.

Danau Limbungan.
Disebut taman rekreasi Danau Buatan Lembah Sari berlokasi di Kecamatan Rumbai Pekanbaru. Bendungan air yang awalnya dibangun untuk tujuan pengairan ini dikelilingi oleh perbukitan berpanorama alam dan memiliki daya tarik. Melihat potensi tersebut, tempat ini kemudian dikembangkan sebagai daerah wisata yang dilengkapi dengan berbagai fasilitas dan sarana rekreasi, seperti aneka jenis sepeda air, perahu, restoran, panggung hiburan, taman bermain, cottage dan sebagainya. Tempat rekreasi ini berjarak sekitar 10 kilometer dari pusat kota Pekanbaru.

Mesjid Raya
Mesjid Raya Pekanbaru yang dibangun pada abad ke-18 ini merupakan mesjid tertua dikota Pekanbaru. Mesjid yang terletak di Kecamatan Senapelan ini memiliki arsitektur tradisional yang amat menarik. Mesjid ini sekaligus menjadi bukti kerajaan Siak Sri Indrapura pernah bertahta di Pekanbaru, yaitu di masa Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan Siak ke-4) dan Sultan  Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (Sultan ke-5).

Di areal komplek mesjid ini terdapat makam Sultan Marhum Bukit dan Marhum Pekan. Marhum Bukit adalah nama lain dari Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah (Sultan ke-4) yang memerintah pada tahun 1766-1780.

Di masa kekuasaan Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah inilah Senapelan dijadikan pusat kerajaan Siak. Di bawah pemerintahannya, kegiatan perdagangan berkembang pesat sehingga timbullah pemikiran untuk mendirikan sebuah pekan.

Namun ide medirikan sebuah pekan ini baru terlaksana pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzam Syah (anak Sultan Abdul Jalil Alamuddin Syah). Semenjak itu, tepatnya pada tanggal 23 Juni 1784, nama Senapelan mulai tak dipakai lagi. Senapelan berganti dengan Pekanbaru.

Pasar Wisata
Dulu namanya Pasar Bawah. Karena terletak pada bagian bawah, jika dibandingkan dengan Pasar pusat yang terletak agak ketinggian dari lokasi ini. Tempat umum yang menjadi Objek dan Daya Tarik Wisata di Kota Pekanbaru adalah  lokasi Pasar Wisata tidak terlalu luas dan merupakan Pasar yang tertua.

Berbagai kelengkapan yang di jual dikomplek Pasar Wisata, antara lain keperluan sehari-hari, elektronik, alat-alat rumah tangga, pakaian, souvenir berupa keramik yang dijual di sini banyak didatangkan dari Cina, Taiwan, Hongkong dan Italia, dengan harga yang cukup kompetitif.
Taman Putri Kaca Mayang

Taman hiburan yang berlokasi di Jalan Jenderal Sudirman Pekanbaru. Berada di depan kantor Walikota Pekanbaru. Taman Putri Kaca Mayang ini merupakan tempat rekreasi keluarga yang berada di jantung kota Pekanbaru, sehingga mudah dicapai dengan transportasi umum yang ada. Bagi anak-anak, arena ini cukup menarik perhatian karena di tempat ini mereka dapat menggunakan berbagai fasilitas hiburan yang tersedia seperti kolam renang, komedi putar bombom car, dan masih banyak lagi permainan.

Sumber : http://riauculture.blogspot.com/2011/04/kota-pekanbaru.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news


Blogroll

About