Sabtu, 16 Februari 2013

Bengkalis


Melayu bengkalis sebenarnya mempunyai kekuatan dan semangat untuk menggali warisan

khazanah peninggalan pusaka masa silam. Sejarah melayu Bengkalis ma
mpu direfleksi oleh generasi kini dan mendatang dalam sebuah epigrap kitaran falsafah
kehidupan akan menyumbang terhadap pembangunan jati diri disetiap anak negeri.
Hakikatnya “hukum sejarah” menghimbau kembali kenangan masa silam dalam realitas
kekinian dan masa depan. Melalui sejarah, manusia mempunyai pengertian baru tentang
hakikat dan falsafah sesuatu fenomena.
Pertama,
melalui sejarah umat dapat mengambil ikhtibar dan pelajaran.
Kedua,
adanya keterkaitan hubungan masa silam dengan masa kini serta masa yang akan datang.
Ketiga,
dapat memproyeksi kembali nilai-nilai falsafah murni dalam menyusun budaya yang lebih baik.



Menggali kembali sejarah Bengkalis negeri junjungan merupakan suatu pendekatan yang
dapat membangkitkan semangat dalam menghargai peristiwa silam. Nilai perjuangan
pengorbanan dan kemajuan yang telah dilalui oleh nenek moyang kita masa lalu dapat ditatap
lebih objektif. Berdasarkan pemikiran inilah
Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR) Kabupaten Bengkalis
merasa terpanggil dan bertanggung jawab untuk menggali sejarah yang dimiliki
Bengkalis masa lampau
untuk diperingati. Sehingga dari usaha murni ini akan lahir masyarakat Bengkalis yang mampu
menghargai dan berterima kasih atas perjuangan yang dilakukan oleh nenek moyangnya
dimasa silam.



Artikel tentang sejarah, asal mula dan peringatan hari jadi Bengkalis ini seluruhnya saya
sadur dari buku berjudul
“Peringatan Hari Jadi Bengkalis Negeri Junjungan ke-498 tahun 2010”
yang dirumuskan oleh
Tim Pencari Data dan Perumus Hari Jadi Bengkalis (Lembaga Adat Melayu Riau)
dan dikeluarkan secara resmi oleh Bagian Kesra Setda Kab. Bengkalis.



BENGKALIS PADA ZAMAN PRASEJARAH
Untuk mengetahui perlajalanan kemajuan kebudayaan manusia sebelum mendapatkan
sumber-sumber tertulis, terdapat dua sumber yang dijadikan dasar yaitu :
1. Penggalian fosil (sisa tulang belulang manusia atau hewan) dan artepak-artepak (alat-alat
yang digunakan manusia prasejarah) yang ditemukan didalam tanah atau penggalian secara
kebetulan.
2. Suku-suku bangsa yang saat ini masih hidup dipedalaman dan terbelakang.



Dalam hubungan ini di Bengkalis, menghadapi persolaan prasejarah yang sulit, terutama dalam
usaha memperoleh keterangan tentang asal usul penghuni pertama (early man) serta
kebudayaannya. Hal ini disebabkan di Sumatera pada umumnya, Riau dan Bengkalis
khususnya, sedikit sekali ditemukan fosil-fosil dan artepak-artepak. Dalam laporan penelitian
arkeologi di sumatera yang dilaksanakan dari tanggal 28 Mei-18 Juli 1973 oleh
Bennet Bronson
dan kawan-kawan dinyatakan “kiranya persoalan kesulitan yang ditentukan oleh penemuan
benda-benda Sumatera ialah pertanyaan tentang early-man”. Sehingga sekarang, Sumatera
tidak menghasilkan tulang-tulang dari manusia pertama. Kenyataan ini tidak menghasilkan
suatu bukti, baik berupa tulang belulang maupun sisa-sisa tanaman yang menunjukkan sesuatu
yang timbul sebelum akhir zaman Pletistosin (10.000 – 15.000 tahun yang lalu).



Semua penyelidikan arkeologi yang diadakan di Sumatera selama abad terakhir tidak berhasil
menemukan fosil manusia prasejarah seperti yang banyak ditemukan di pulau jawa. Walaupun
di Sumatera, Riau dan khususnya Bengkalis belum ditemukan fosil-fosil dan kurangnya
artepak-artepak sebagai sumber utama untuk mendapatkan keterangan tentang hidup serta
kehidupan manusia pertama di Bengkalis, tetapi para peneliti masih dapat mengambil manfaat
dari terdapatnya suku-suku terbelakang yang masih hidup dibeberapa bagian daerah kabupate
n Bengkalis
dewasa ini. Suku-suku dimaksud ialah
suku Sakai di Mandau, suku Akit di pulau Rupat dan suku Orang Hutan di pulau
Bengkalis



BENGKALIS PADA ZAMAN KUNO
Kesamaan pendapat para ahli sejarah bahwa arus perdagangan diperairan Selat Malaka
memegang peran penting dibelahan bumi ini sejak awal tarik masehi, karena jalur perdagangan
yang terbentang antara Cina dan Hindia melalui selat ini. Bengkalis yang terletak diperairan
Selat Malaka merupakan daerah strategis dalam arus lalu lintas selat Malaka. Faktor ini
memungkinkan di Bengkalis timbulnya suatu bentuk kekuasaan memerintah dan kenegaran
yang akan diuraikan seperti berikut ini :
Menurut tarikh Cina 1433, kerajaan Gasib bersama-sama dengan Indragiri dan Siantan mint
a perlindungan ke Cina karena adanya usaha ekspansi kerajaan Malaka yang memeluk agama
islam yang berbeda kepercayaannya dengan orang Gasib yang beragama Hindu/Budha.
Kerajaan Majapahit sebagai pelindung kerajaan Gasib iselama ini menjadi lemah. Dalam “
sejarah Melayu
” dikisahkan sewaktu
Sultan Masnyur Syah
berkuasa di Malaka tahun 1444 – 1477, Malaka menaklukan kerajaan Hindu/Budha yang
bertempat di Gasib. Raja Gasib ketika itu bernama Permaisura ditawan.



Setelah ditaklukan oleh Malaka, Sultan Mansyur Syah mengangkat anak raja Siak bernama Me
gat Kudu
. Setelah Megat Kudu dididik di Malaka kemudian memeluk agama Islam dan dikawinkan
dengan anak raja Malaka, ia memegang kekuasaan di Siak dibawah naungan Malaka dengan
gelar
Sultan Ibrahim
, gelar sultan ini digunakan setelah masuk agama Islam. Jabatan sultan selanjutnya diwakili
oleh bendahara yang ada di daerah-daerah dengan gelar Datuk. Sebagai pucuk pimpinan,
datuk bertanggung jawab langsung kepada raja. Dibawah datuk ada lagi pejabat-pejabat yang
selalu berhubungan dengan masyarakat. Mereka itulah sebagai pelaksana kepemimpinan
dalam masyarakat yang disebut kepala suku. Kepala Suku adalah pimpinan di daerah
persukuan yang didasari atas unsur-unsur kekeluargaan.



Dalam hubungannya sebagai rakyat dan sebuah kerajaan, kadang-kadang tiap suku itu
mempunyai tugas-tugas tertentu didalam kerajaan, kepala suku bertanggung jawab langsung
kepada datuk. Dalam masyarakat kepala Suku ini memimpin penyelesaian masalah
kekeluargaan dilingkungan persukuan mereka. Jika tidak terselesaikan dan menemui jalan
buntu barulah penyelesaiannya diteruskan kepada datuk. Adalagi daerah yang disebut
perbatinan. Biasanya dilingkungannya lebih kecil dari daerah persukuan. Umumnya daerah
perbatinan ini terletak diperdalaman. Penyatuan masyarakat dalam daerah perbatinan ini
didasarkan atas adat istiadat, kepercayaan dan talian daerah. Sebagai kepala daerah
perbatinan ini disebut “batin” atau ketua adat atau Bomo.



Perbatinan terdapat di daerah suku-suku terbelakang seperti suku Sakai diperdalaman pulau
Rupat serta suku Orang Hutan dipedalaman pulau Bengkalis. Selain itu di Senggoro yang
dipimpin oleh Laksamana Batin Hitam. Pada zaman kuno ini dikaitkan dengan zaman
prasejarah di pulau Bengkalis sudah dihuni manusia dengan pola kehidupan tradisional dan
telah memiliki tatanan pemerintahan dalam bentuk perbatinan orang Hutan dan perbatinan
Senggoro. Meskipun perbatinan Senggoro memiliki lingkungan kecil yang terletak dipesisir
pulau Bengkalis, namun telah memiliki tatanan pemerintahan dan pertahanan yang disegani
dan diperhitungkan karena memiliki anggota pilihan yang cukup terlatih dan berani
mempertaruhkan nyawanya untuk mempertahankan daerah pemukiman mereka.



Perbatinan dibawah Datuk Laksamana Batin Hitam ini mengatur strategi dan taktik
mempertahankan daerahnya dengan membangun benteng-benteng yang saat ini dikenali oleh
masyarakat dengan nama Benteng Batin Hitam dan Kuburan Dara Sembilan
yang merupakan benteng untuk melindungi para gadis saat itu agar tidak diculik oleh para
penyerang dari luar yang pada masa itu dikenal dengan nama “lanun”. Kemungkinan kematian
para gadis ini disebabkan oleh terkurung dari luar atau bentengnya rubuh karena serangan
Portugis.



BENGKALIS MELAWAN PENJAJAH PORTUGIS
Pada tahun 1512, Sultan Mahmud Syah mengutus Hang Nadim ke Bengkalis, Bukit Batu dan Siak-Gasib
untuk membincangkan persiapan melawan Portugis di Malaka. 
Bengkalis melalui Batin Senggoro mempersiapkan pasukan dibawah Laksamana Batin Hitam. 
Kesatuan Bukit Batu mempersiapkan pasukan dibawah pimpinan Tuan Megat dan Siak-Gasib menyiapkan pasukan dibawah pengawasan Sultan Khoja Ahmad Syah
. Armada gabungan ini kemudian berkumpul dengan armada lainnya di Kuala Muar dibawah
pimpinan Hang Nadim. Pada bulan Juli 1512 pasukan gabungan yang tediri dari Bengkalis,
Bukit Batu, Siak-Gasib dan Bintan menyerang Portugis yang dipimpin oleh
Fernao Peres de Andrade di Malaka. 
Perlawanan yang sengit antara Portugis dengan Bengkalis dan gabungan negeri Melayu tersebut mampu menyeret pasukan hingga ke wilayah Pagoh di Muar.



Setelah itu Laksamana Hang Nadim, Laksamana Batin Hitam dan anggota pasukan lainnya
kembali kedaerah masing-masing untuk mengatur persiapan dan strategi yang lebih baik.
Dengan adanya penyerangan tersebut, menyebabkan Portugis tidak puas hati dan meneruskan
serangan ke Bengkalis dan Bukit Batu. Dengan strategi yang mantap dan bantuan kerajaan
Siak serta kebatinan Senggoro maka Bengkalis dapat mempertahankan diri sehingga Portugis
mengalami kekalahan dan mundur kembali ke Malaka. Kemenangan menantang serangan
Portugias tahun 1512 merupakan peristiwa paling bersejarah dan memiliki semangat
perjuangan yang besar bagi Bengkalis.



KESIMPULAN
Dari bahasan yang dikemukakan diatas, didapat beberapa kesimpulan yang dapat diambil
sebagai dasar untuk merealisasikan cikal bakal lahirnya Bengkalis ini :



1. Dipilihnya tahun 1512 sebagai asal bermulanya tamadun Bengkalis bukan berarti tahun
sebelumnya masyarakat Bengkalis belum berkembang, sebaliknya penentuan ini merujuk
kepada fakta penulisan sejarah. Malah diperkirakan sebelum tahun 1512 Bengkalis telah maju
karena mengikuti arus perkembangan tamadun yang ada di Malaka, ini dapat dibuktikan
dengan penggunaan meriam sebagai perlengkapan perang dalam melawan Portugis pada
tahun tersebut.

2. Pada hakikatnya sejarah dan tamadun Bengkalis tidak terputus, bahkan data-data
yang mendukung tentang kewujudan Bengkalis dapat ditemui dalam beberapa buku sejarah.
Bengkalis maju dan berkembang seiring dengan kemajuan daerah-daerah lain yang ada di
pesisir Selat Malaka. Memilih bulan Juli sebagai bulan hari jadi Bengkalis
karena pada bulan Juli 1512 tersebut Bengkalis memperoleh kemenangan ketika melawan
Portugis di Selat Malaka. Tahun 1512 ini juga menunjukkan lambang kejayaan dan tangguhnya
masyarakat Bengkalis dalam melawan penjajahan Portugis, sehingga secara psikologis
penyambutan hari jadi Bengkalis ini merupakan manifestasi dari kemenangan, kejayaan dan
kecemerlangan masyarakat Bengkalis.

3. Penentuan tanggal 30 Juli 2004 sebagai hari jadi perdana Bengkalis yang ke-492 me
rupakan hasil musyawarah dan perbincangan para orang tua dan sesepuh Bengkalis yang
memperkirakan tanggal tersebut memiliki makna dan keistimewaan tersendiri, diantara
kelebihannya adalah : tanggal 30 Juli 2004 merupakan hari Jum’at minggu terakhir pada bulan
tersebut. Hari Jum’at merupakan penghulu segala hari yang mempunyai kelebihan atau
fadhilah yang besar bagi umat Islam.



Sumber : http://asal-usul-motivasi.blogspot.com/2011/11/asal-usul-pulau-bengkalis.html

0 komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news


Blogroll

About